Memori Rasa: Rendang

Apa yang kita ingat dari makanan bernama rendang ini? Gurihnya? Pedasnya? Rasa daging yang empuk? Kentang bulat yang rasa umbinya telah berubah dengan meresapnya bumbu?

Setiap orang mempunyai memori rasa sendiri-sendiri. Pembuatnya pun mungkin begitu pula. Ibu saya membuat rendang yang tidak pedas, dengan bumbu yang tanpa cengkih dan tanpa daun kunyit. Rempahnya hanya jahe, lengkuas, kunyit, sereh, ditambah daun jeruk. Penampilannya juga tidak menghitam. Rasanya memang “minta ampun” karena di balik aroma yang harum, gurihnya terjaga. Ia tidak terlampau asin. Juga tidaklah manis. Santan kelapa yang dimasak terus menerus bersama bumbu dan rempah, serta daging, telah mengubah larutan putih menjadi ekstrak seperti serbuk yang basah, berwarna coklat kekuning-kuningan.

Dengan nasi sekepal, saya campurkan “sedulit” bumbu rendang matang, luar biasa! Bahayanya adalah, kita seperti terdorong menambahkan nasi, “demi menyelamatkan bumbu yang dibuang sayang”. Daging yang empuk, saya cuil dengan mudah. Dagingnya ada di balik kentang dalam foto yang saya ambil di @kedaitjikini ini.

Tapi membuat rendang bagi sebagian orang, merepotkan. Itu yang menjadi alasan kedai itu tadi menyiapkan paket lauk siap santap. Termasuk rendang yang dibikin dari resep lama ini, dalam kemasan 250gram. Kita hanya perlu memastikan pesanan karena paket lauk tanpa penambah rasa buatan dan tanpa pengawet ini hanya dibikin sesuai order. Pengambilannya pun hanya Senin, Rabu, dan Sabtu.

Memori rasa bolehlah dibagi ke banyak orang, bukan begitu? .

#lauksiapsantap #kedaitjikini #tjikini #rendang #masakanindonesia #lauk

Leave a Reply

Close Menu