5 September 2019. Trotoar dan Bogenvil di Tiang Listrik
Entah sudah berapa lama bogenvil ini ditanam di dekat Kedai Tjikini. Dulu yg menanam adalah Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Mungkin tahun 1990-an. Hampir semua tiang listrik besar dipasangi lanjaran dari besi, melingkar mengikuti tiang. Bogenvil merambat dan berbunga di saat terik kemarau.
Tapi tak adanya pemangkasan dan perawatan rutin membuat bogenvil ini tumbuh seperti liar. Padahal dulu maunya mungkin tiang listrik menjadi lebih “ramah”. Dulu tiang2 di sepanjang jalan Cikini Raya dan jalan Cut Meutia dipasangi ini. Dua yang tersisa ada di dekat Kedai Tjikini dan di depan gedung BNI Cabang Cut Meutia.
Sejalan dengan revitalisasi trotoar, tanaman berduri ini pun harus disingkirkan. Tiang listriknya pun dicabut atau digergaji. Kabel-kabel masuk ke saluran bawah tanah. Memotong bogenvil tidak gampang. Durinya banyak. Saya cukup berpengalaman karena rumah saya di Ciledug, dulu, saya tanami “kembang kertas” ini di sepanjang pagar depan dan samping. Selain menggunakan gergaji, perlu gunting tanaman yang tajam. Itu alat yang harus ada.
Omong2, mungkinkah tanaman di tepi jalan itu kita rawat sedemikian rupa berkesinambungan, sehingga apa yang dulu sudah dimulai, dapat dilanjutkan dan tetap dinikmati keindahannya?
Hari ini (10/9) sebetulnya kami Kedai Tjikini sudah siap buka pukul 07.00 untuk menjamu teman-teman yang mau sarapan. Akan tetapi akses ke pintu kedai agaknya sulit dicapai. Ini karena semen trotoar belum kering (baru disemen sekitar pukul 05.30 pagi tadi). Menurut petugas di lapangan, kemungkinan akan kering pukul 10.00 nanti. Jadi, kita jumpa nanti siangan ya.
Selamat beraktivitas, jangan lupa tersenyum. Bahagia itu perlu. Kesabaran adalah gunung, kata Rendra.